Todokoro telah menang melawan dua Koki Noir pada chapter-chapter sebelumya. Pertama ada Monarch, dan yang paling terbaru ialah Kyou, Si Wolverine dari China. Lalu setelah mengalahkan Kyou, dia harus berhadapan dengan Saiba, selaku boss dari boss Koki Noir. Lalu bagaimana kelanjutannya? Mari kita simak bareng-bareng. Cekidot.

Teknik Cross Knives

Setelah kekalahan Kyou, Saiba telah menerima alat masak khusus Kyou. Hal ini bisa dibilang semacam kebiasaan. Jika anak buah kalah maka dia harus kasih alat masaknya ke si boss. Konsep ini entah kenapa serasa salah satu tradisi yakuza, ya, yang di mana ketika anak buah telah gagal melakukan suatu perintah, maka dia wajib menyerahkan jari tangannya kepada si oyabun, atau pemimpin yakuza.

Oke balik lagi ke Souma. Setelah memperoleh alat masak Kyou, Saiba juga mengeluarkan alat masak khusus yang pernah dimiliki oleh salah satu Koki Noir anak bawahnya yang bernama Monarch. Dan dia menamakan teknik ini dengan sebutan Cross Knives. Entah kenapa penamaan ini terdengar seperti sebuah nama game online di telinga mimin. Tapi yasudahlah. Terserah Saiba sudah.

Mengapa Saiba menggunakan alat masak koki-koki yang pernah kalah dari Todokoro? Karena dia ingin, bahwa dengan alat masak itu bahkan bisa mengalahkan Todokoro, walaupun Todokoro pernah mengalahkan mantan koki pengguna alat masak tersebut. Jadi seolah-olah Saiba ingin bilang, “tanpa harus bersusah payah juga gue bisa ngalahin elo.” Kurang lebih begitu lah hehehehe.

Artikel terkait lainnya  Ban dan Meliodas VS Raja Iblis Ke-2 – Review Nanatsu No Taizai Chapter 302

Gambar: Saiba Asahi

Kemenangan Mutlak Saiba

Dengan menggunakan yang dia bilang dengan sebutan Cross Knives. Tentu dapat memenangkan pertandingan ini dengan mudah (kalaupun Saiba dikalahkan oleh Todokoro, ceritanya akan menjadi selesai). Awalnya pertandingan ini mungkin terkesan mudah. Mudah karena mengusung konsep yang sama di ujian kedua, yakni menggunakan bahan murah dan mengubahnya menjadi masakan mewah. Tapi sepertinya keberuntungan memang tidak dipihak Todokoro (makanya kalau Todokoro langsung menang dari Saiba, maka ceritanya jadi selesai).

Gambar: Masakan buatan Saiba

Keputusasaan Erina

Setelah mengalahkan Todokoro, Saiba kembali ke sisi Erina untuk mengingatkan apa yang dia katakan sebelum pertandingannya dengan Todokoro. Bahwa dia adalah harapan bagi Nakiri Mana, sang Bookmaster. Jadi apa yang bisa ditangkap oleh mimin di sini adalah baik Erina ataupun Saiba mempunyai tujuan yang sama, yakni membuat masakan hebat yang hingga membuat Nakiri Mana bangga. Namun Erina—dengan lidahnya dewanya—tidak yakin bisa memuaskan ibunya, karena lidah dewanya si Erina sendiri. Jadi karena Erina punya lidah yang “perfeksionis,”—begitu juga dengan ibunya—Erina menjadi pesimis tidak mampu membuat masakan hebat untuk ibunya. Lalu tiba-tiba datang Koki Noir dengan kemampuan “unik” yang masakannya tidak selalu searah dengan masakan koki mainstream. Hal ini tambah membuat Erina menjadi pesimis. Kenyataan ini dapat dilihat ketika Bookmaster—Nakiri Mana—sudah mendeklarasikan ketertarikannya kepada Koki Noir di chapter sebelum-belumnya. Dan karena hal ini jugalah yang membuat Saiba besar kepala dan menjadi antagonis utama di arc kali ini.

Artikel terkait lainnya  Review Shokugeki no Souma Chapter 256, Kehebatan dari pemilik kursi pertama dan kursi kedua 10 elit

Gambar: Erina dan Saiba

Nah bagaimana chapter kali ini minna-san? Mimin kasih nilai 7 dari 10 untuk chapter kali ini. Pertama selain plotnya bergerak. Kita juga disuguhkan oleh kemampuan Saiba lainnya. Walaupun di chapter ini kita tidak dapat melihat kemampuan Todokoro ketika melawan Saiba. Seolah-olah di chapter ini kita sudah bisa menebak siapa pemengannya. Bahkan mungkin tanpa adanya chapter ini mungkin kita bisa mengetahui siapa pemenangnya di antara Todokoro dan Saiba. Begitu juga dengan plotnya. Walaupun di atas mimin bilang plotnya bergerak. Tapi masih belum menyentuh “celah-celah” yang dibuat dalam chapter-chapter ini. Misalnya kenyataan kenapa Bookmaster kecewa dengan kemampuan cita rasanya Erina. Dari chapter ini dan sebelumnya hanya mengulang-ulang itu-itu saja, yakni lidah dewanya mengecewakan dan Bookmaster menaruh harapan pada Koki Noir. Ibaratnya kalau sarapan pagi menggunakan roti, kita cuman disuguhkan pinggiran roti terus-menerus tapi nggak pernah disuguhkan bagian badan roti, menteganya, mesesnya, selainya, atapun tahi cicak yang tersamarkan oleh meses dan akhirnya nggak sengaja kemakan. Kalau menurut kalian bagaimana? Silahkan tuliskan komentar kalian di bawah. Mari bertukar pikir dengan lepas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here